5
Juni 2013
Pukul 22.00 kami semua ber-sembilan menuggu bus jurusan Surakarta di Halte Sukun, Banyumanik. Sayangnya, Farid benar-benar memutuskan untuk tidak ikut dalam perjalanan ini karena suatu hal, kami harus menghormati langkah yang telah Ia ambil. Kami menuju Surakarta menggunakan bus ekonomi sepoi-sepoi berwarna kuning dengan bodi yang tak mulus lagi. Beberapa tas keril besar kami masukkan ke bagasi, sisanya di letakkan di dalam badan bus. Setibanya di Terminal Tirtonadi, ada seorang penumpang wanita yang menjadi korban pencopetan, duduknya tepat 2 baris didepan kami. Ia kehilangan sejumlah uang dan gadgetnya saat tertidur. Beruntunglah, barang-barang Kania masih tetap aman karena Ia duduk di dekat tempat kejadian perkara.
Jam 03.00 kami sudah sampai di Stasiun Jebres dengan diantar sebuah bus satu pintu jurusan Karanganyar. Kondisi masih sangat sepi, lumayan bisa numpang tidur disini.
Jam 7.45 akhirnya kereta api Sri Tanjung datang, 14
jam perjalanan menuju Stasiun Banyuwangi Baru. Bunuh kebosanan, nikmati sajalah. Ini merupakan pengalaman pertamaku menggunakan transportasi kereta api, atmosfer yang luar biasa menyambutku.
Pukul 22.00 tibalah kami di Stasiun Banyuwangi Baru, alhamdulillah bisa nylonjorke sikil untuk melancarkan peredaran darah. Untuk menghemat waktu, kami mencari warung makan di sekitaran stasiun menjawab perut yang sudah mulai keroncongan. Usai menyantap makan malam kami berjalan kaki menuju Pelabuhan Ketapang yang jaraknya cukup dekat dengan stasiun, hanya membutuhkan waktu sekitar 5
menit. Rencana awal kami sebenarnya estafet menuju Lombok, namun disinilah ada
pengalaman unik. Kami bertemu rombongan dari surabaya (3 orang) yang juga
berencana ke Gunung Rinjani. Mereka ditawari naik bus patas menuju Terminal
Bertais, Lombok. Kami berdiskusi sejenak, akhirnya kami ikut mereka. Negoisasi berjalan cukup alot.
7
Juni 2013
Jam 01.00 kami mulai menaiki kapal feri menuju Pulau
Bali. Sekitar 160 menit mengarungi selat memecah gelombang, tibalah kami di Pelabuhan Gilimanuk.
Setelah naik bus, “lho kok
gak dapet tempat duduk?? Nanti mas kalau sudah sampai di terminal denpasar
(itupun kalau ada kursi kosong)”. Akhirnya kami menyadari, kami terlibat
permainan calo pelabuhan, kernet, dan sopir bus. Hahahahahaha 4 jam berdiri
sampai Terminal Ubung Denpasar (anggap saja pemanasan sebelum mendaki). Setelah
sampai di terminal, lumayan ada beberapa kursi yang kosong (dalam hati
mengucap doa, semoga tidak ada penumpang yang naik). Pagi ini sekitar pukul 09.00 kami sampai di Pelabuhan Padang bai. Masih membutuhkan waktu 4 jam lagi berlayar membelah selat lombok untuk sampai di Pelabuhan Lembar. Gelombang di perairan sepertinya tak terlalu bagus, goyangannya lumayan dahsyat hingga beberapa kali perutku dibuat mual. Aku melihat Adit dan Ikhwal tampak terkapar di tangga kapal penghubung dengan deck paling atas menahan serangan mabok laut. Berbeda dengan Firman yang mudah tidur di segala medan.
Jam 13.00 kami sampai di Pelabuhan Lembar, kemudian segera melanjutkan perjalanan menuju Terminal
Mandalika, Mataram. NB: Minta bantuan
sama kernet bus untuk dicarikan angkot yang bisa disewa menuju aikmel karena
calo terminal mandalika sangat ganas. Karena dapat tempat duduk paling depan, kami leluasa
ngobrol dengan kernet bus. “mas, nanti begitu sampai di terminal mandalika,
barang-barang bawaan langsung di amankan ya. Nanti tak bantu cari angkot. Calo
disini ganas, barang-barang anda bisa langsung diangkut seenaknya” okee boss
siap. Memang benar, begitu turun bus suasana memang ricuh. Karena tas carrier
salah satu anggota kami ada yang di angkut. Tapi semua sudah diatasi sama
kernet bus, dan kami pun sudah mendapatkan angkot menuju Aikmel.
Jam 04.00 kami sampai di Aikmel. Yeah, selangkah lagi kami sampai di
basecamp sembalun. Kami mencari pick up sayur untuk menuju basecamp. Semangat kami menggelora, namun di tengah jalan hujan turun
sangat lebat. Kami diajak mampir dulu di rumah pak sopir. Kentang rebus khas lombok sungguh nikmat disantap kala hujan lebat, dibumbui dengan rasa kebersamaan memberikan aroma petualangan yang tak kan terlupakan. Beberapa jam kemudian sampailah kami di basecamp, keadaanya cukup sepi dan tidak ada rombongan pendaki lainnya. Beberapa kawan sibuk mandi, sedangkan Arka tampak asik dengan peralatan memasaknya untuk menyiapkan hidangan malam ini. Bagus, Firman, dan Ikhwal mendapat porsi yang lebih banyak dari yang lainnya karena dimensi perut mereka memiliki kemampuan yang tak biasa hahahah.
8
Juni 2013
Selamat pagi Gunung Rinjani, yaah hujan ppffftttt. Sarapan dulu terlihat syahdu sambil
menunggu hujan reda. Komandan Pasky menuju sebuah warung di sekitar basecamp untuk membeli beberapa bungkus nasi lengkap dengan sayur beserta lauknya. Kami dihadapkan 2 opsi. Yang pertama, jalan kaki lewat
belakang basecamp. Yang kedua, naik pick up menuju basecamp (banyak sopir-sopir
yang sudah menunggu di depan basecamp). Kami mulai berpikir apakah di sembalun
ada 2 basecamp? Akhirnya kesepakatan memilih opsi pertama, karena kami masih
punya tujuan ke Gili Trawangan jadi harus hemat. Hujan mulai reda, jam 10.00
kami mulai treking menuju Pos 3 (Camp 1).
Sepanjang perjalanan kami harus sering bertanya karena
banyak jalan bercabang. Setelah lama berjalan, kami mulai ragu. "Mengapa kami
semakin menjauhi puncak???" Luasnya padang savana dan banyaknya jalur yang bercabang membuat kami kebingungan. Hingga pada akhirnya dari kejauhan tampak para porter yang turun dengan para tamunya, dan semangat kami kembali menggelora. Saat sampai di sebuah jembatan, kami bertemu dengan beberapa orang pendaki yang turun gunung. Sekedar basa-basi ngobrol ngalor ngidul maupun menanyakan domisilinya. (Kami menyebutnya jembatan kepastian, karena kami sudah berada dalam trek yang cukup jelas). Tujuan pertama kami adalah pos 3. Langkah demi langkah kami mantapkan, hamparan padang savana menyegarkan mata, pos 1 pun sudah kami lewati. Hujan kembali turun, pasang ponco dan perjalanan kembali berlanjut. Pos 2 berhenti sejenak untuk minum (ada sumber air), lalu kami kembali melanjutkan perjalanan dan diiringi pelangi yang setia menunggu hujan reda. Luar biasa!!! Jam 17.00 kami sampai di pos 3. Lokasi ini terletak di atas sungai kecil dan airnya bersih (layak konsumsi). Kami kembali bertemu dengan rombongan surabaya serta pecinta alam dari pertamina cilacap. Malam itu kami habiskan dengan canda tawa ngalor ngidul bersama teman-teman baru.
9
Juni 2013
Selamat pagi pos 3 Gunung Rinjani. Menu pagi ini
macaroni bolognize kornet sapi ditemani beberapa ekor kera yang cukup ramah.
Jam 10.00 kami mulai melanjutkan perjalanan. Didepan, bukit penyiksaan sudah
menunggu (kami tidak lagi melewati bukit penyesalan karena jembatannya rubuh).
Nikmati saja setiap langkah kaki, mulai memasuki hutan yang tak begitu luas dengan medan full tanjakan. Kami mulai terpisah menjadi beberapa grup. Nafas mulai ngos-ngosan, disebelah kiri terlihat begitu dekat puncak rinjani yang berpasir. Esok hari menjadi pengalaman pertamaku manapaki medan pasir. Menit demi menit berlalu, jam 16.00 kami sudah sampai di plawangan sembalun (disini juga terdapat sumber
air). Lagi-lagi kami satu lokasi sama rombongan surabaya dan pertamina. Kami
mulai menyusun rencana summit dinihari nanti. Tak banyak obrolan malam itu, karena kami harus istirahat
maksimal.
Jam 01.00 kami mulai treking bersama kawan surabaya
dan pertamina. Beruntung tadi malam hujan, sehingga trek pasir menjadi padat.
Setengah perjalanan kondisi alam kurang bersahabat. Angin kencang dan suhu
dingin (3C) menusuk tulang. Kami berhenti sejenak di balik batuan untuk
menghangatkan tubuh. Matahari mulai nampak, dan kami melanjutkan perjalanan...
dan akhirnya kami berhasil mencapai puncak rinjani 3276 mdpl.
Kami pun merenung
sejenak bersama-sama, bro, itu tujuan selanjutnya. Segara Anak surganya para
pendaki. Tak perlu berlama-lama di puncak karena angin masih kencang. Setelah
mengabadikan momen, kami pun turun kembali ke plawangan sembalun. Jam 13.00
kami treking kembali menuju segara anak. Di dekat campground plawangan sembalun
ada jalur turun, nah itu adalah jalur menuju segara anak. Sepanjang perjalanan
kabut sangat tebal sehinggan kami tidak dapat melihat segara anak. Sisa-sisa
tenaga untuk menuju kesana, mengitari beberapa bukit. Jam 18.00 kami sampai di
segara anak. Cuaca cukup cerah, bintang-bintang bersinar, benar saja jika
banyak pendaki yang ingin kesini. Malam itu kami habiskan dengan memancing dan
obrolan ngalor ngidul di tepian segara anak.
Buka tenda, awesome!! Rupanya kami terlalu lelap
malam itu. Suasana pagi itu banyak pemancing, pendaki lalu lalang yang datang
dari senaru, warga sekitar yang berlibur menjaring ikan, serta kepulan asap
yang keluar dari gunung baru jari di sisi timur kaldera. Acara hari ini free,
nikmatilah dengan caramu sendiri. Waktu berjalan begitu cepat, di belakang
campground (ada sumber mata air), air terjun, dan sumber air panas. Sore itu
kami habiskan dengan berendam air panas. Syahduuuuu rileks.
Malam kedua kami
pesta ikan, karena mendapat ikan yang cukup melimpah. Ikan disini tidak pernah
habis karena sering dilakukan tebar benih. Segara anak mulai nampak sepi malam
itu dari para pendaki, perutpun sudah mulai kenyang, cangkir kopi sudah habis,
tak terasa waktu sudah memasuki dinihari, dan kamipun memutuskan untuk istirahat
zzzzzzzzzzzzzzz...
12 Juni 2013
Pagi itu, malas sekali mendengar kata “ayo packing”
dari komandan. Ingin rasanya tambah 1
hari lagi di segara anak. Namun apa boleh buat, masih banyak misi yang harus
diselesaikan.
Jam 10.00 kami mulai treking menuju plawangan senaru. Sesuai
rencana, kami harus keluar hutan senaru sebelum hari gelap. Jalan menanjak nan
sempit di sisi tebing, cukup menguras tenaga. Akhirnya sampai di plawangan
senaru. Inilah spot paling indah menikmati segara anak.
picture by @baguzAndolini #TeamLombok |
Tak berlama-lama kami
harus segera turun. Jalur trek yang menurun mempercepat langkah kami. Istirahat
sejenak di pos 3. Dan kami pun mulai memasuki hutan senaru yang rapat. Dan hari
mulai gelap, kami pun masih di dalam hutan. Cerita-cerita mistis mulai memasuki
pikiran. Tetap kalem, tenang, kuasai. Kami harus tetap menjaga jarak, agar tidak terlalu jauh apalagi sampai tertinggal. Jam 21.00 kami pun sampai di pintu
senaru. Ada seorang nenek di sebuah warung yang berjualan minuman, imajinasi
kami mulai tinggi (jangan-jangan seperti yang di film2) ahh sudahlah. Sejenak
menyegarkan tenggorokan yang kering dan kami bergegas menuju basecamp senaru.
Hutan senaru memang memiliki sensasi yang luar biasa. Jam 22.00 akhirnya kami
sampai di basecamp senaru dan kami sudah dijemput mobil pick up milik neneknya
anggota tim kami. malam itu kami menginap di rumah nenek. Perjalanan yang cukup
melelahkan hingga membuat kami tertidur pulas di mobil bak terbuka.
13 Juni 2013
Kami sewa 1 buah mobil avanza, jalan-jalan keliling
kota dan menikmati kuliner yang khas yaitu ayam bakar taliwang. Tampaknya perut
belum kenyang, sesuai cita-cita kami waktu turun gunung “aku pengen sego
padang” hajar bleh! Misi selanjutnya adalah Gili Trawangan. Mobil kami arahkan
menuju pelabuhan bangsal. Tiket cukup murah. Untuk menuju gili air 8.000, gili
meno 9.000, gili trawangan 10.000. mobil kami parkir di pol air, karena punya
kenalan disana. Letaknya tak terlalu jauh dari pelabuhan bangsal. Jam 17.00
kami sampai di gili trawangan. Bersih pantainya, gak ada polusi, gak ada
polisi, dan gak ada kejahatan.
Habiskan malam.............................................................................
Siang itu kami meninggalkan gili trawangan, dan
kembali ke kota untuk berburu oleh-oleh dan tak lupa “nongkrong dulu vroh”.
Sekitar jam 22.00 kami kembali ke rumah nenek.
15 Juni 2013
Selamat tinggal lombok dengan sejuta keindahan alamnya. Banyak hal yang bisa ku pelajari selama pendakian. Terimakasih genk okol~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar