Setelah makan malam di warung penyetan sekitaran kecamatan tembalang, kami bergegas menuju halte sukun, banyumanik. Beberapa ratus meter meninggalkan warung tiba-tiba saja ada wanita muda dengan motor maticnya berbelok ke kanan melintas dihadapan kami. Braakk, tabrakan tidak dapat dihindari. Terjadilah kecelakan ringan, beruntung kami berdua tak mengalami luka. Begitu juga dengan wanita muda tersebut yang berbelok tanda menyalakan lampu sein. Apakah ini sebuah pertanda? batinku.
Setibanya di halte sukun, motor vario hitam yang mengalami kerusakan kecil dititipkan pada seorang kawan. Bergegaslah kami menuju terminal terboyo menggunakan bus ekonomi purwokerto - semarang karena Ratih, Agung, dan Mas Eko sudah ngopi-ngopi di Surabaya. Bus patas Indonesia jurusan Surabaya mengantarkan aku dan Afif menyusuri aspal pantura dengan ongkos delapan puluh lima ribu rupiah. Afif ini seorang kawan yang bergabung dalam pendakian gunung sumbing beberapa bulan yang lalu. Selama perjalanan kami berkomunikasi dengan tim melalui bbm, akhirnya disepakati titik kumpul di basecamp tretes. Kami akan bertemu disana.
30 Maret 2014
Pukul 05.00 kami sampai di Terminal Bungurasih. Selesai sholat subuh bergegas mencari bus jurusan Surabaya - Malang, turun di Terminal Pandaan (Pasuruan). Kami tak kesulitan mencari transportasi, karena informasi disini lengkap dan mudah di pahami. Pilihan jatuh pada bus ekonomi AC Surabaya - Malang (tarif 7.000), membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai di Terminal Pandaan. Memecah kemacetan dipagi hari karena ini adalah libur panjang. Jawa Timur memang terkenal rapi dalam menata transportasi darat khususnya bus antar kota. Besarnya tarif telah di tempel di jendela kaca dan tiap penumpang selalu mendapatkan karcis. Mungkin provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa perlu belajar dari Jawa Timur. Terminal Pandaan belum terlalu ramai pagi ini, kami mencari angkot elf merah yang akan mengantarkan ke basecamp tretes (tarif 10.000). Setelah melewati perjalanan panjang akhirnya kami bertemu dengan tim yang lebih dulu sampai disini. Lumayan masih bisa istirahat 1 jam karena rencana trekking jam 09.00. Kami menyapa Mas Eko sedang merebahkan badannya di basecamp beralas karpet. Kami sebelumnya belum pernah ketemu dengan Mas Eko. Kami hanya bertemu dengan Ratih dan Agung beberapa hari sebelum tanggal pendakian yang sudah disepakati.
Sarapan, packing ulang, lalu berangkat. melihat barang bawaan mas Eko yang seperti beton beratnya, jelas sudah memiliki banyak pengalaman di dunia pendakian. Bakalan banyak ilmu dan pengalaman yang bisa diserap. Mas Eko disini sebagai leader, sedangkan Ratih bertindak sebagai kapten. Pendakian selama 3H2M Arjuno - Welirang. Target kami yang pertama yaitu ngecamp di pondokan (pos 3), dari pos 3 ini kalau ambil ke kiri menuju puncak arjuno sedangkan kalau ambil ke kanan menuju puncak welirang.
Setelah 4,5 jam perjalanan melahap jalur makadam, kami sampai di pos 2 (kokopan). Break dulu sekitar 1 jam. Jika anda mendaki lewat tretes, tak perlu risau karena sumber air cukup melimpah. Jalur dari basecamp sampai pos 3 adalah batuan, karena ada aktivitas penambangan belerang di gunung welirang. Ketika kami melanjutkan perjalanan, tiba-tiba ada mobil jeep pengangkut belerang yang lewat. cukup ngeri melihatnya, karena terlena sedikit bisa masuk ke jurang. mobil ini biasa mengangkut belerang dari pos 3 pondokan.
Add caption |
(dari kiri) ratih, agung, afif, mas eko |
Perjalanan yang kami lalui menanjak dan sangat panjang, untung matahari tak bersinar terlalu terik sehingga tak banyak keringat yang mengucur. Kami sempat break lagi diantara pos 2 - pos 3 untuk sekedar menikmati udara sejuk yang akhirnya membiusku dalam alam mimpi sekitar 60 menit mungkin. Hari mulai gelap, headlamp segera disiapkan sebagai penerang menerobos hutan dengan pohon-pohon yang tak terlalu rapat. Aroma kayu bakar seperti suplemen yang membangkitkan semangat kami, pertanda pos 3 sudah dekat. Pukul 20.00 akhirnya kami sampai di pos 3 pondokan, berarti total perjalanan 11 jam plus istirahat 2 kali. Jalur makadam memang sedap.
Pos 3 banyak berdiri pondok sederhana sebagai tempat tinggal sementara para penambang belerang di gunung welirang. bergegas kami mencari lokasi untuk mendirikan tenda, karena kami mulai lelah.
menu malam itu adalah burger, kentang goreng, wedang uwuh. Kenikmatan ini cukup menghapus rasa lelah kami. Cuaca teramat cerah semakin menambah kesyahduan.
31 Maret 2014
Jam 02.00 aku terbangun, ketika tidur mulai tak nyenyak itu pertanda istirahatku sudah sangatlah cukup. Tapi bingung juga mau ngapain, karena masih jam 2 pagi, rencananya kami summit jam 06.00. Yasudah mendengarkan lagu saja, namun bosan kembali menghampiri. (Mungkin) keluar tenda, bikin kopi, nikmati udara dingin bebas polusi menjadi solusi terbaik. Tak berapa lama, mas Eko dan Agung juga bangun dari tidurnya, menyiapkan bekal untuk perjalanan. Pagi ini kami membuat roti bakar dan mie rebus. Ketika semua pasukan sudah bangun, dan persiapan sudah beres, jam 6.15 kami mulai berjalan menuju puncak arjuno. Setelah melewati lembah kidang, jalan mulai menanjak. Menapaki hutan cemara dengan kemiringan yang membuat geleng-geleng kepala. Sekitar jam 12.00 kami semua berhasil sampai di puncak.
puncak arjuno 3339 mdpl |
jam 14.00 kami turun kembali ke pos 3, besok paginya menyiapkan tenaga menuju gunung welirang.
Saat turun kami terpisah, karena aku dan afif sempat istirahat beberapa kali. Sebelum hari mulai gelap, sekitar jam 17.00 kami berdua berhasil kembali ke gubug sederhana yang kami dirikan. Tak seperti hari kemarin, sore ini nampak sepi karena tinggal beberapa tenda saja yang masih berdiri. Mas Eko, Agung, dan Ratih sudah sibuk dengan peralatan tempurnya untuk membuat hidangan istimewa malam ini. Terpelesetnya kapten kami saat turun tadi menjadi topik hangat disela-sela aktivitas memasak. Kabarnya sempat membuat gempa bumi, hanya Mas Eko dan Agung yang berada di tempat kejadian perkara. Mungkinkah kami berlima dapat kembali berjumpa dalam sebuah suasana yang lebih belantara? (Semoga....)
Selamat Pagi Indonesia, 01 April 2014
Pukul 04.45 kami summit ke puncak welirang,, trekknya lebih sopan. tidak sekurangajar summit ke puncak arjuno hehehehe. Melewati hutan yang tak terlalu rapat, bersamaan dengan para penambang yang hendak ke puncak dengan menggendong gerobaknya. Para bapak - bapak yang berjuang keras membahagiakan keluarganya. Kami juga bertemu dengan 2 orang pendaki Dempet (Demak) yang kebetulan letaknya tak jauh dari rumahku, sekitar 30 menit menggunakan motor. Cara berpetualangnya cukup membuatku terinspirasi.
puncak welirang 3156 mdpl |
Kapten kami ini benar-benar tangguh, meski kakinya mengalami cedera namun tetap lahap menyantap jalur makadam. Pukul 18.00 kami telah sampai di basecamp tretes, dan harus segera kembali ke Semarang karena esok hari Ratih sudah ditunggu oleh murid-murid kesayangannya. Kami berempat berpisah dengan Mas Eko di Terminal Bungurasih, Surabaya. Kami pulang ke Semarang kembali menggunakan bus patas Indonesia. Ketika bus telah sampai di Tuban, sang nahkoda membelokan kemudinya ke sebuah rumah makan. Kami berempat memesan rawon Tuban yang rasanya membuat goyang lidah, sulit di utarakan dengan kata-kata. Aku jadi terinspirasi, menjuluki tim ini dengan nama Tim Rawon.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar