Selasa, 20 Mei 2014

Sepasang Kaki Liar Mendarat di Gunung Papandayan

Petualanganku menikmati alam Indonesia masih berlanjut, rencana awal saya akan berkunjung ke Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) tanggal 5 april 2014 dengan tim berjumlah 6 orang. H-30 saya sudah mempersiapkan semuanya mengingat TNGGP memiliki peraturan yang ketat sehingga harus booking online dulu. Setelah registrasi beres, administrasi segera saya selesaikan, hingga akhirnya data kami sudah di validasi. Okeeeeee i am ready!!
Persyaratan yang harus dipenuhi tinggal mengurus SIMAKSI (Surat Ijin Masuk Kawasan Konservasi) di kantor TNGGP. Mendekati hari H, satu per satu personil mengundurkan diri hingga hanya menyisakan 1 orang, namun saya tetap optimis pantang pulang sebelum menang.
Tanggal 4 april 2014 semua persiapan untuk pendakian gunung gede sudah beres, lalu jam 14.00 saya berangkat menuju semarang. Dan jreeennggggg tiba-tiba satu personil yang jadi tandem saya memberi kabar bahwa dia sedang tidak fit dan gak bisa ikut mendaki. Disini saya mulai mencari-cari alternatif untuk rencana lain. Lalu di tengah jalan saya memutuskan untuk turun dari bus, bus baru sampai di desa godong. Kebetulan saya punya sobat yang rumahnya daerah sini, ambil handphone lalu hubungi si farid. Singkat saja obrolan kita, bergegaslah dia menemuiku.
Semua permasalahan sudah saya ceritakan, istirahat dulu sejenak di rumahnya sambil memikirkan untuk rencana B. Bro, bagaimana kalau kita ke gunung papandayan? Yang terkenal dengan padang edelweis tegal alun? Dan dia pun mengiyakan. Setelah sholat maghrib, kita berangkat menuju ke semarang. Baru sebentar menikmati perjalanan, hujan turun sangat deras. Sepertinya petualangan kali ini sangat diuji. Jam 20.00 kami sampai di halte sukun dan ternyata bus jurusan bandung sudah berangkat jam 18.00 tadi. Ppffttt
Mungkin sebaiknya ngopi-ngopi dulu biar dapet inspirasi. Kebetulan di depan halte sukun ada banaran cafe. Mendoan anget dan kopi tubruk jadi pilihan (ngirit boss hehehehe) sekalian nyambung wifi cari-cari info mengenai papandayan dan transportasinya. Rupanya besok ada kereta pasundan yang berangkat dari stasiun solo jebres jam 12.20 menuju stasiun kiaracondong bandung. Okelah berarti malam ini kita harus transit dulu di solo. Tak terasa kopi ku telah habis, jam 00.00 bergegaslah kami naik bus jurusan semarang-solo. Tak perlu khawatir, bus ini selalu ada tiap jam nya.
5 April 2014
Singkat cerita, jam 02.00 dinihari kita sampai di terminal tirtonadi. Lalu ganti minibus jurusan tawangmangu, turun di panggung dan jalan kaki ke stasiun solo jebres karena jaraknya cukup dekat. Mata mulai ngantuk, mari kita nikmati kembali rasanya tidur di stasiun.
Jam menunjukkan pukul 07.00, loket tiket sudah buka, segera membeli tiket KA Pasundan. Sebelumnya saya sudah ngecek online, kuota penumpang masih tersedia. Tiket sudah di tangan.. dan...... jam 12.20 kita berangkat.
Buka timeline twitter ternyata di ciawi kereta malabar mengalami kecelakaan tunggal karena kena longsor. Lalu kita dapat info untuk tujuan kiaracondong akan dialihkan ke purwokerto-cirebon. Hahahaha nikmati saja, semakin lama perjalanan akan semakin asiik, itulah seninya berpetualang dan saya mulai candu dengan alat transportasi umum. Jam 23.00 kita sampai di kiaracondong, lumayan molor 2 jam dari jadwal sebenarnya. Bergegaslah mencari warung sederhana karena perut ini mulai lapar, di dalam kereta hanya bertahan dengan biskuit. Setelah makan, kita harus membunuh waktu sampai fajar nanti. Berjalan kesana kemari mencari minimarket, untuk melengkapi logistik. Akhirnya nemu juga, lumayan jauh jaraknya dari stasiun. Mata mulai ngantuk, tapi aku kudu kuat seperti tower hehehehehe
6 April 2014
jam 04.00 kami memulai perjalanan kembali, cari angkot jurusan terminal cicaheum. sekitar 15 menit akhirnya kita sampai. lalu kami naik elf jurusan cicaheum-garut-cikajang, karena saran sopir angkot mendingan naik elf daripada bus, lebih cepet dan gak macet. Tak berlama-lama langsung cari posisi tempat tidur yang nyaman dan mari pejamkan mata..zzzzZZZZ
Melihat Arloji, menunjukkan pukul 7.30. kami turun di pasar cisurupan (tau begini mendingan beli logistik disini, namanya juga trip darurat jadi pencarian info kurang matang hahahaha). Lapar lagi dek, kebetulan di sebelah pasar ada penjual bubur ayam, sikat bray! Tapi ada yang membuat pandangan mata saya terpukau ketika baru sampai disini, penjual martabak manis depan pasar cisurupan dengan gaya kungfu chef. Jujur saja, saya memang gak bisa nahan hawa nafsu kalau melihat jajanan tradisional (jajanan pasar), membuat saya mengingat masa kecil, pokoknya saya pecinta jajanan pasar. Selesai makan, kita beli martabak manis untuk bekal perjalanan. Jarak basecamp masih 9km lagi, dan banyak tukang ojek yang menghampiri. mereka menawarkan harga 35-40rb / orang diantar sampai basecamp. saya sih males ngeluarin duit segitu untuk ojek. Bulatkan tekad, mari kita lahap trek beraspal 9 km dan lumayan nanjak. setengah perjalanan ada mobil colt menawarkan 10rb per orang sampai basecamp tapi kita tak peduli karena sudah terlanjur basah hahahahaha 210 menit kemudian akhirnya kami sampai basecamp. Ada kehebatan tersendiri ketika menuju basecamp papandayan jalan kaki. saya pun bertanya pada farid, "besok turunnya jalan kaki lagi jeck?" dan dia pun menjawab "gaaaah" hahahaha mungkin dia kaget karena lama tak mendaki, tapi kalau saya kan seminggu lalu habis melahap tanjakan maut gunung arjuno welirang, jadi ya rasanya kayak martabak manis, manis banget. selesai registrasi, istirahat dulu di warung dan sore nanti lanjutkan perjalanan menuju pondok saladah (campground favorit gunung papandayan).
farid



Sore itu rupanya banyak pendaki yang turun ditengah guyuran hujan. 14.30 hujan mulai reda, kita segara melanjutkan perjalanan. Ketika sampai di kawah, hujan kembali turun. Perjalanan tetap kita lanjutkan, melewati beberapa sungai kecil di sekitar kawah. Waah rupanya kita salah jalan, kita melihat beberapa pendaki yang turun melewati bibir kawah. Lalu kita kembali ke bibir kawah dan ada penunjuk jalan yang di tulis di batu-batu, kita sudah kembali di jalur yang benar alhamdulillah (kesalahan kita, kenapa gak tanya-tanya dulu tadi di basecamp) . Kita harus mempercepat langkah karena bau belerang dimana-dimana. Setelah melewati kawah, kemudian kita melewati pinggiran bukit. Dari kejauhan nampak Hutan Mati yang juga menjadi ciri khas dari gunung papandayan. hari mulai gelap, dan kita sudah sampai di pondok saladah. hanya ada 3 tenda saja malam itu. Segera pasang tenda, masak memasak, lalu istirahat untuk memulihkan tenaga.




7 April 2014
selamat pagi pondok saladah, kabut tebal menyapa. di belakang tenda kita saja sudah banyak edelweis yang tumbuh, lalu seperti apa nanti di tegal alun? 
tenang-tenang, santai-santai dulu nikmati pagi dengan roti bakar dan secangkir kopi hitam. Nikmat mana lagi yang kau dustakan? bermain di alam, tanpa beban, melepas penat.
jam 10.00 kita melanjutkan perjalanan menuju tegal alun. jalurnya cukup jelas, banyak petunjuk arah menuju kesana. sekitar 90 menit berjalan, akhirnya kita sampai di tegal alun. ooh awesome, Ya Allah Gusti..




tegal alun, mt papandayan



padang edelweis tegal alun






hutan mati, mt papandayan






lalu, kita melanjutkan perjalanan menuju hutan mati. Tempat ini menjadi saksi letusan gunung papandayan. tak berlama-lama kita disini karena sore ini kita harus turun menuju basecamp.
sore itu sekitar jam 16.00 kita turun gunung, dan ketika sampai di basecamp suasana tampak sepi. tak ada satu orang pun serta warung-warung pada tutup. yasudah malam ini kita menjadi penjaga basecamp hahahaha

8 April 2014

jam 08.00 kita turun, tujuan kita selanjutnya adalah bandung. sebenarnya ingin lanjut ke gunung cikuray yang letaknya tak jauh dari gunung papandayan, tapi apa boleh buat sebagai warga negara yang baik harus memberikan suara di pemilu 9 april 2014.
kita sampai di bandung sekitar jam 13.00, lalu segera menuju pajajaran cari tiket bus nusantara. alhamdulillah masih ada kuota. malam pun tiba, dan tiba waktunya kita untuk pulang. "best moments happen when they are unplanned"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar