13 April 2015
Perjalananku seorang diri di daratan celebes telah
memasuki hari ke-27, namun masih menyisakan satu destinasi yang sangat ingin
aku kunjungi yaitu mendaki Gunung Latimojong. Senin pagi yang cerah sedikit sejuk, bus yang aku tumpangi mulai meninggalkan
kabupaten toraja utara. Dalam perjalanan aku mengirim pesan kepada bang wiwin
serta bang bahab selaku senior di KPA Sikolong desa bontongan kecamatan baraka
kabupaten enrekang, bahwasannya aku hendak singgah beberapa hari di basecamp. Pesan ku telah direspon dengan baik, ternyata bang wahab sudah siaga 1 di kawasan pasar enrekang
menanti kedatanganku.
Bagaimana aku bisa bertemu mereka?? simak kisahnya klik! disini Awal Kisah di Sulawesi
Kembali lagi topik cerita, 120 menit berlalu
akhirnya aku bertemu dengan bang wahab. Tanpa berlama-lama kami langsung tancap
gas menuju basecamp KPA Sikolong. Setelah sampai di pasar baraka, kami berhenti
sejenak untuk membeli gas karena stok gas yang aku punya sudah habis. Untuk logistik,
katanya nanti beli saja di sekitar basecamp. Aman sudah pokoknya. Perjalanan kami lanjutkan melintasi jalan cor beton, di sebuah tikungan topi ku tersapu angin namun ku hiraukan saja karena posisinya sedang menanjak. Berhenti di sebuah tanjakan sepertinya kurang syahdu, ikhlaskan saja semoga bermanfaat bagi yang menemukannya. Tak berapa
lama, sampailah kami di basecamp. Disana tampak bang adar sangat sibuk dengan
rambut gimbalnya sembari ngopi-ngopi. Suasana di basecamp memang nyaman buat
santai-santai, angin berhembus dari segala arah yang disekitarnya melimpah
buah-buahan, tinggal petik dari pohonnya. Ada durian, rambutan, mangga, salak,
serta kelapa muda. semakin sore semakin ramai suasana basecamp. Bang wiwin,
bang capung, bang awan, bang heman serta kawan-kawan lain yang namanya sulit
diingat (maklum karena banyaknya bertemu orang selama perjalanan). Tak berselang lama ada lelaki dewasa kira-kira berusia 40 tahun dengan anak perempuan berseragam sekolah menghentikan kendaraannya di depan basecamp. Mereka mengantarkan topi ku yang jatuh di jalanan. Wow, instingnya sangatlah tajam, terimakasih pak sembari menebar senyum lebar.
Menjelang sore aku mulai packing sekalian mencari info tentang karakter gunung latimojong, mumpung dedengkotnya pada ngumpul di basecamp. Esok hari, bang adar yang akan menemaniku mendaki menikmati rimba raya latimojong.
Menjelang sore aku mulai packing sekalian mencari info tentang karakter gunung latimojong, mumpung dedengkotnya pada ngumpul di basecamp. Esok hari, bang adar yang akan menemaniku mendaki menikmati rimba raya latimojong.
Kebutuhan logistik ternyata masih ada yang kurang, lalu aku diantar bang wahab belanja sekalian jalan-jalan keliling kampung. Sore-sore asik ji. Dalam perjalanan aku bercerita tentang beberapa kisah pendakianku sebelumnya, bang wahab tampak mulai tertarik dengan kebiasaanku masak-memasak di gunung. Meski di gunung, asupan karbohidrat, protein, lemak, tak boleh diabaikan toh?? Apalagi gunung ini memiliki banyak sumber air, yaitu di pos 2, pos 5, dan pos 7. Makin mantab sudah ji.
14 April 2015
Ketika aku dan bang adar masih sibuk cek ulang peralatan tempur, tiba-tiba saja bang wahab datang dan memutuskan untuk ikut dalam pendakian. aseeeekk, mantap ki! berhubung kami cuma rombongan kecil, perjalanan menuju desa karangan ditempuh dengan kendaraan roda dua saja. Transportasi disini cuma ada saat hari pasar, yaitu senin dan kamis. Itu pun juga belum pasti, tergantung kondisi jalannya juga. Kalau musim penghujan, banyak kendaraan terjebak lumpur jalanan. Pukul 10.00 kami mulai tancap gas, aku bersama bang adar sedangkan bang wahab menjadi pembalap tunggal. Semakin kesana kondisi jalan semakin tak karuan. Namun pemandangannya sungguh indah, minim polusi udara. Setelah 120 menit menaklukan lumpur, akhirnya kami sampai di desa karangan. Motor kami titipkan di rumah warga yang masih satu saudara dengan bang wahab.
Selepas adzan dzuhur kami memulai pendakian. Otot-otot kaki masih kaku ee langsung di suguhi tanjakan di kawasan kebun kopi. Ya, desa karangan ini merupakan penghasil kopi. Paparan panas matahari semakin menguji nyali, tapi itu tak menjadi masalah. 30 menit berlalu, sampailah kami di pos 1. Perjalanan kembali di lanjutkan, kami mulai memasuki kawasan hutan belantara. Berharap di tengah perjalanan nanti dapat melihat Anoa yang menjadi hewan endemik sulawesi. Medan jalan mulai bervariasi naik turun maupun datar. Gemercik aliran sungai semakin lama semakin nyaring di telinga, 90 menit berlalu sampailah kami di Pos 2 yang letaknya di tepian sungai. Aliran airnya cukup deras dan jernih. Sejenak kami diskusi, perjalanan mau di lanjutkan ke pos 5 atau mendirikan tenda disini. Akhirnya kami memutuskan camp di pos 2 dengan catatan besok harus trekking pagi karena rencananya malam kedua kami akan mendirikan tenda di puncak, namun bila kondisi maupun cuaca tidak memungkinkan kami akan bermalam di pos 7.
Pos 1, Bang Adar Gimbal |
Aku dan bang wahab mulai menyiapkan hidangan untuk mengusir lapar, sedangkan bang adar entah pergi kemana. Katanya mau cari rotan. Kami membawa sayur cukup banyak, paling simpel ya di buat sop. Aroma telur goreng semakin membangkitkan selera makan. Tiba-tiba bang adar muncul membawa gelang rotan, lalu aku di minta untuk memakainya. Dahulu kala, para pendaki yang hendak ke latimojong selalu di beri gelang rotan oleh warga sekitar agar tidak tersesat dan pulang dengan selamat. Cerita kami lanjutkan sembari menyantap hidangan. Oh ya, sebelum tidur kami memasak lagi untuk di santap esok hari agar tak banyak buang-buang waktu. Selamat malam pos 2 latimojong.
Pos 2 |
15 April 2015
Pukul 06.30 kami semua sudah terbangun, ngopi-ngopi dulu sembari menikmati rasa kantuk yang masih tersisa. Sarapan, lalu packing kemudian jam 08.00 kami mulai tancap gas. Perjalanan menuju pos 3 ini tanjakannya bener-bener aduhai. Otot masih kaku langsung di siksa, jangan kasih kendor pokoknya. Cukup menguras tenaga perjalanan menuju ke pos 3, selebihnya perjalanan menjadi tidak terasa karena kami juga di sibukkan mencari kalpataru, begitulah orang-orang menyebutnya. Semacam biji dari buah apa aku sendriri kurang tau. Mirip-mirip kedondong cuma ukurannya lebih kecil. Mata harus jeli karena kalpataru ini warnanya seragam dengan tanah. Pukul 9.45 kami sampai di pos 4, perjalanan kembali di lanjutkan hingga pos 5 dan masih terus menanjak. Bonus? sepertinya hanya ilusi hahahaii. Di pos 5 kami istirahat lumayan lama untuk santap siang mengisi bahan bakar, kalau orang jawa bilang "lautan" atau "rolasan". Tidak seperti pos 2, pos 5 ini lokasi camp lebih luas.
Pos 3 |
Pos 4 |
Kalpataru |
Hari mulai gelap, saatnya menyiapkan hidangan malam. Bersamaan dengan itu, rombongan di belakang kami pun berdatangan, mereka adalah rombongan mahasiswa UIN Makassar.
16 April 2015
Dinihari kami tampak gelisah, kabut tebal membuat hawa di dalam tenda menjadi dingin. Mau tidur lagi pun terasa sulit. Seperti sebuah pepatah, suatu saat kau akan merindukan panas. Arloji telah menunjukkan pukul 05.30, namun matahari masih enggan menampakkan wujudnya karena kabut tebal tak kunjung menghilang. Karena kondisi tidak memungkinkan, perjalanan menuju puncak sikolong harus cancel karena jarak pandang yang terbatas.
Pukul 10.00 kami tancap gas untuk turun gunung, kami istirahat lumayan lama di pos 2 untuk santap siang. singkat cerita, jam 19.00 kami sudah merapat kembali di basecamp sikolong. Masih ada waktu sehari lagi yang akan kuhabiskan disini. Malam ini aku meminta ijin sama bang wiwin untuk tidur di basecamp saja agar makin akrab sama kawan-kawan yang lain.
17 April 2015
Bangun pagi otot-otot kaki terasa kenceng bener euy, kawan-kawan telah sibuk menyiapkan hidangan santap pagi. Cuaca yang cerah lumayan ini buat cuci baju dan jemur peralatan, daripada jamuran. Ini hari terakhirku disini, karena esok hari aku harus balik ke Makassar lalu hari berikutnya aku harus kembali ke jawa dengan kapal penumpang Pelni KM TIDAR. Semakin sore semakin meriah, malam ini kami akan pesta buroncong. Selama di Sulawesi, jajanan yang kerap kubeli memang buroncong. Tapi sewaktu beli rantepao, rasa dan teksturnya agak berbeda. Lebih nikmat itu buroncong yang beredar di tepian pantai losari, dijajakan menggunakan gerobak. Namun rupanya kawan-kawan disini lebih jago, buroncong buatan arek-arek sikolong ini paling nikmat ji. Buktinya tiap kali buroncong diangkat dari loyang, langsung ludes sudah begitu seterusnya.
18 April 2015
Ayam berkokok beradu dengan kicau burung yang merdu mengiringi kepulanganku. Terimakasih bang wiwin, bang wahab, bang adar, bang heman, bang awan, serta kawan-kawan lain yang namanya sulit diingat. Aku berharap, semoga masih ada kesempatan untuk kembali lagi kesini. Hari ini tepat sebulan aku telah berkelana, esok hari aku akan berlayar kembali ke pulau jawa. Jalan pulang, sayonara euy ~ nusantara teramat ramah bagi para penikmatnya
bersambung. . . . . .
Pukul 10.00 kami tancap gas untuk turun gunung, kami istirahat lumayan lama di pos 2 untuk santap siang. singkat cerita, jam 19.00 kami sudah merapat kembali di basecamp sikolong. Masih ada waktu sehari lagi yang akan kuhabiskan disini. Malam ini aku meminta ijin sama bang wiwin untuk tidur di basecamp saja agar makin akrab sama kawan-kawan yang lain.
17 April 2015
Bangun pagi otot-otot kaki terasa kenceng bener euy, kawan-kawan telah sibuk menyiapkan hidangan santap pagi. Cuaca yang cerah lumayan ini buat cuci baju dan jemur peralatan, daripada jamuran. Ini hari terakhirku disini, karena esok hari aku harus balik ke Makassar lalu hari berikutnya aku harus kembali ke jawa dengan kapal penumpang Pelni KM TIDAR. Semakin sore semakin meriah, malam ini kami akan pesta buroncong. Selama di Sulawesi, jajanan yang kerap kubeli memang buroncong. Tapi sewaktu beli rantepao, rasa dan teksturnya agak berbeda. Lebih nikmat itu buroncong yang beredar di tepian pantai losari, dijajakan menggunakan gerobak. Namun rupanya kawan-kawan disini lebih jago, buroncong buatan arek-arek sikolong ini paling nikmat ji. Buktinya tiap kali buroncong diangkat dari loyang, langsung ludes sudah begitu seterusnya.
18 April 2015
Ayam berkokok beradu dengan kicau burung yang merdu mengiringi kepulanganku. Terimakasih bang wiwin, bang wahab, bang adar, bang heman, bang awan, serta kawan-kawan lain yang namanya sulit diingat. Aku berharap, semoga masih ada kesempatan untuk kembali lagi kesini. Hari ini tepat sebulan aku telah berkelana, esok hari aku akan berlayar kembali ke pulau jawa. Jalan pulang, sayonara euy ~ nusantara teramat ramah bagi para penikmatnya
bersambung. . . . . .
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusSelalu rindu suasana latimojong.mt
BalasHapusSunyi sepi jarak dari desa baraka sampai desa terakhir awal pendakian, jalan yang rusak,lumpur, serta akses yang masih kurang memadai.
Saya kangen dengan interaksi orang2 disana.
Selalu rindu suasana latimojong.mt
BalasHapusSunyi sepi jarak dari desa baraka sampai desa terakhir awal pendakian, jalan yang rusak,lumpur, serta akses yang masih kurang memadai.
Saya kangen dengan interaksi orang2 disana.
Paling rindu sama tanjakan menuju pos 3 gan wkwkwkwkwkw kenikmatan tersendiri kala melakukan perjalanan tanpa ada batasan waktu
Hapus