Rabu, 30 Maret 2016

Gunung Slamet, Pasukan yang Tersisa

Dua tahun yang lalu tepatnya setelah mendaki gunung sumbing, kami berencana mendaki ke atapnya Jawa Tengah. Berharap menjadi pendakian yang sangat berkesan bagi kami karena tidak terasa kami telah memasuki masa akhir studi di kampus peternakan undip. Mungkin saja ini akan menjadi pendakian terakhir kami, namun kami harus menunda rencana tersebut karena aktifitas vulkanis gunung slamet meningkat dan jalur pendakian resmi ditutup.

[Gn. Sumbing] kiri - kanan: aku, narno, huda, ginanjar, afif, aria, yoyog
20 April 2013 merupakan hari dimana kami pertama kali mendaki gunung, entah siapa yang memunculkan ide ini di lapangan futsal. Sampai saat ini masih menjadi pertanyaan, karena kami semua memang lupa. Pendakian yang berkesan, karena kami beberapa kali tersesat meskipun akhirnya berhasil mencapai titik tertinggi. Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan, ternyata mendaki tak sesederhana itu. Naik gunung sampai puncak lalu turun. Ada hal lain yang dirasakan, tapi tak terdifinisikan. Hingga pada akhirnya kami mulai menjelajah ke gunung-gunung yang lain. Petualangan berlanjut ke gunung lawu, gunung merbabu, gunung merapi, gunung sindoro, dan gunung sumbing. Susah senang sudah kami lalui seperti tersesat, kompor macet, badai, dan berbagai kejadian lain. Tapi kami masih terus belajar dari pengalaman agar kejadian-kejadian buruk tidak terulang kembali. Tak jarang, bertanya maupun berbagi cerita dengan teman yang lebih berpengalaman untuk menambah wawasan berkegiatan di alam bebas. Keberadaan internet juga semakin memudahkan dalam menggali beberapa informasi.

[Gn. Lawu] kiri-kanan: aku, affan, ginanjar, eric, narno, aria, huda
Sudah setahun kami menanti, jalur pendakian gunung slamet belum juga dibuka karena statusnya masih belum aman. Berita duka datang dari desa kopeng kecamatan getasan kabupaten semarang. Kami kehilangan seorang kawan yang lahir di kaki gunung merbabu, sosok pria yang tangguh, periang, baik hati, dan sedikit konyol. Ia pergi untuk selama-lamanya. Tutur Adi Suwito, Ia punya nama. Kawan-kawan yang melintasi jalur kopeng-magelang pasti menyempatkan diri untuk mampir ke rumahnya. Suguhan susu hangat hasil dari ternak sendiri di samping rumah dan beberapa makanan lokal yang khas tak pernah absen di meja makan. Bahkan, ada seorang kawan yang blak-blakaan “ndes, ning omah ra? Aku arep mampir, njaluk mangan” hahaha uyeee tawa yang khas dari almarhum. Singkat sekali rupanya kawan, hanya 7 tahun kita ngopi-ngopi bersama. Merapi menjadi saksi pendakian terakhir kita. Semoga engkau diberi tempat terbaik di sisi Tuhan YME.


Alm. Tutur (kanan), Putra Kaki Merbabu
[Gn. Merapi] kiri-kanan: narno, ginanjar, aria, huda, dedy, ocan, affan, rifky, tutur, aku
Beberapa dari mereka kini telah memiliki kesibukan masing-masing, hanya menyisakan aku di kampus peternakan yang masih berjuang mengakhiri studi di semester empat belas. Ini bukan perkara dosen pembimbing yang sulit atau masalah lain, ini murni jalan yang telah aku pilih. Justru aku berterimakasih mendapat dosen pembimbing skripsi yang sangat sabar dan mengerti hobiku. Aku masih terus mewujudkan impianku meninggalkan jejak di beberapa pulau yang tersebar di kawasan nusantara. 

Pendakian Gunung Slamet 24 – 27 Maret 2016

Jalur pendakian gunung slamet telah dibuka kembali, saatnya mewujudkan cita-cita 2 tahun yang lalu. 25-27 Maret 2016 adalah tanggal yang sudah kami sepakati, segera saja satu bulan sebelumnya aku mengirim pesan kepada seluruh pasukan sambil berharap semuanya bisa unjuk gigi. Mendekati hari H, tidak sesuai harapan. Huda tak bisa ambil cuti, Ocan mendadak ada tambahan jam kerja, Narno sibuk urus kandang dombanya, Affan sedang menggeluti pekerjaan barunya, dan Ginanjar sedang mempersiapkan ujian S2 gelombang pertama. Berhubung dia tidak jadi ikut, otomatis titik kumpul juga berubah dari Purwokerto bergeser ke Pemalang. Hanya Aria dan Afif yang bisa ikut dalam pendakian.

24 Maret 2016

Persiapan sudah lengkap, jam 10.00 aku berangkat menuju stasiun semarang poncol. Pagi tadi tiket aku cek tiket masih tersedia banyak, namun begitu sampai stasiun ternyata KA Kamandaka dan KA Kaligung sudah habis. Segera saja beralih ke bus patas. Aku menghubungi pool bus nusantara siliwangi ternyata tiket masih tersedia, namun keberangkatan jam 3 sore. Drama kembali berlanjut ketika Afif memberi kabar bahwa Ia ketinggalan pesawat akibat dari pelayanan sebuah maskapai yang kurang baik. Tidak perlu panik, buat beberapa rencana baru dan pendakian masih memungkinkan untuk dilanjutkan. Rencana esok hari berangkat menuju basecamp bambangan kabupaten purbalingga pupus. Esok hari Afif baru berangkat dari palembang menuju jakarta dengan jalur udara kemudian di lanjutkan jalur darat ke pemalang. Aria pun turut ikut berangkat esok hari dari semarang. Malam ini aku bermalam dirumah kakakku yang kebetulan dinas beberapa tahun di pemalang.

Rincian biaya:
Bus patas Semarang – Pemalang: 50.000

25 Maret 2016

Pukul 13.00 Aria sudah sampai di terminal pemalang, sedangkan Afif masih dalam perjalanan. Barang kami drop di rumah kakakku, lalu mulai menjelajah pasar umum pemalang untuk belanja kebutuhan logistik selama pendakian. Jalur pendakian gunung slamet hanya memiliki sumber air di pos 5, itu pun hanya tersedia saat musim hujan saja. Berarti kami harus membeli logistik yang cara pengolahannya tidak membutuhkan banyak air sehingga selama pendakian kami tidak perlu membawa air terlalu banyak, efisien. Kami memilih kentang dan jagung sebagai sumber karbohidrat. Jagung mudah direbus dan cepat masak, air sisa rebusan masih bisa digunakan untuk merebus kentang. Lalu belanja beberapa butir telur, sayur, sosis, kornet, buah-buahan, dll.

Sembari menunggu kedatangan Afif, kami menyaksikan pertandingan sepakbola antar SMA di stadion. Tiba-tiba muncul ide untuk motoran ke basecamp. Afif segera dihubungi ternyata motor kakaknya bisa dipakai. Lalu kami meminjam satu motor lagi, untung motor kang seno bisa dipakai. Ia adalah senior selama di bangku kuliah yang berdomisili di kawasan comal. Kebetulan sekali ayah kang seno ini sewaktu muda juga pernah mendaki gunung slamet. Kami disarankan untuk mengambil jalur pemalang – randudongkal – moga – pulosari – pasar pratin – basecamp bambangan.

26 Maret 2016

Jam 09.00 kami sampai di basecamp bambangan, setelah selesai mengurus registrasi pendakian lantas kami menuju warung makan untuk mengisi bahan bakar. Tidak lupa untuk membungkus nasi ayam guna makan siang di tengah perjalanan nanti. Pukul 10.30 kami memulai pendakian, tak lupa diawali dengan berdoa agar selama pendakian berjalan lancar, aman, dan selamat kembali ke rumah masing-masing. Perjalanan menuju pos 1 diawali dengan melintasi pinggiran ladang, kemudian memasuki hutan yang tak terlalu rapat. sampai pos 1 kami terus melanjutkan perjalanan karena sangat ramai, maklum long weekend ditambah ada pendakian massal. Disini ada 6 warung yang menjual makanan maupun cemilan. Jalan masih terus menanjak, perjalanan dari basecamp – pos 1 – pos 2 memang jaraknya lebih panjang dibandingkan jarak antar pos 3 dan seterusnya. Target kami akan mendirikan tenda di pos 5 atau pos 7. Setelah melewati pos 2 kami istirahat sejenak menunaikan ibadah sholat dzuhur sembari nyemil-nyemil logistik untuk mengganti energi yang hilang.



Sebelum pos 3 ada percabangan jalur pendakian pemalang dan purbalingga, tetaplah fokus. Setelah sampai di pos 4, kami memutuskan untuk makan siang nasi bungkus yang sengaja kami bawa dari warung sekitar basecamp. Dalam perjalanan tadi kami sempat was-was melihat tenda yang banyak dikerumuni lalat. Pikiran kami sudah sampai kemana-mana, setelah di cek ternyata hanya berisi tas keril. Mungkin penghuninya sedang summit attack.


Perjalanan kembali dilanjutkan, tepat pukul 17.00 sampailah kami di pos 5. Lokasi campground sudah penuh. Kami berhenti sebentar disini untuk mengisi 3 botol air ukuran 1,5 liter di sungai yang debet airnya tak terlalu banyak dan kami masih punya cadangan 2 botol di dalam keril. Sampai di pos 6 ada beberapa petak yang masih memungkinkan untuk didirikan tenda. Namun sayang, sudah ada kertas bertuliskan bahwa tempat ini sudah di pesan oleh salah satu komunitas pecinta alam. Padahal sama-sama bayar registrasi tapi kok modelnya begini ya. Daripada nanti ribut di gunung, mending yang waras ngalah. Perjalanan kami lanjutkan, nah diantara pos 6 dan pos 7 masih ada satu petak tanah datar yang ukurannya pas dengan tenda kami. dan kabarnya di pos 7 sudah penuh. Kami segera pasang tenda karena sebentar lagi gelap malam menyapa.

Sumber air pos 5

Tenda sudah berdiri kokoh, saatnya mengeluarkan peralatan memasak. Jagung rebus, kentang rebus, orak-arik telur kornet, serta kripik kentang menjadi santapan malam itu. Ambil satu lembar kripik kentang, lalu kasih orak-arik telur kornet, tumpuk lagi dengan kentang rebus, trus tambah lembaran keju, buka mulut lebar-lebar santap sudah. Menu otodidak yang mucul tiba-tiba semakin nikmat beradu dengan kopi hitam arabika yang tak terlalu manis.





Rincian biaya:
Retribusi daerah: 10.000
Motor: 5.000
Registrasi pendakian: 5.000

27 Maret 2015



Pukul 4 dinihari suasana menjadi ramai, beberapa kelompok pendaki sudah summit attack. Kami masih asik menyiapkan sarapan pagi agar bahan bakar kembali penuh. Jam 6 pagi kami baru memulai summit attack dengan membawa logistik serta air secukupnya. 30 menit kami telah sampai di plawangan (pos 9) yang menjadi batas vegetasi. Medan berganti batuan serta kerikil-kerikil raksasa yang mudah rapuh ketika diinjak. Kami harus tetap fokus dan konsentrasi agar batu yang kami injak tidak sampai merosot ke bawah karena dibelakang masih banyak pendaki yang menuju ke puncak. Setelah 60 menit, kami berhasil mencapai atapnya jawa tengah, 3428 mdpl. Gembira rasanya, kami sudah menanti selama 2 tahun. Huda, Narno, Affan, Ocan, Ginanjar, pendakian kami berjalan lancar.




Tidak berlama-lama kami di puncak karena target kami sore ini sudah sampai kembali ke basecamp. Ketika hendak berkemas, hujan mulai turun. Tak berkutik, kami hanya sanggup santai-santai di dalam tenda. Jam 13.00 hujan mulai reda, kami segera berkemas. Tak ada satupun sampah yang tertinggal, kami mulai turun gunung yang selalu diawali dengan doa. 1,5 berjalan cepat (alias lari pelan hehehehe maklum jalanan macet) kami sudah sampai di pos 1. Istirahat sejenak meluruskan otot-otot kaki yang tegang sembari ngobrol-ngobrol dengan warga bambangan yang membuka lapak makanan. Jam sudah menunjukan pukul 17.00, kami kembali melanjutkan perjalanan ke basecamp. Alhamdulillah pendakian berjalan lancar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar