Dua tahun yang lalu tepatnya setelah mendaki gunung
sumbing, kami berencana mendaki ke atapnya Jawa Tengah. Berharap menjadi
pendakian yang sangat berkesan bagi kami karena tidak terasa kami telah
memasuki masa akhir studi di kampus peternakan undip. Mungkin saja ini akan menjadi
pendakian terakhir kami, namun kami harus menunda rencana tersebut karena aktifitas
vulkanis gunung slamet meningkat dan jalur pendakian resmi ditutup.
20 April 2013 merupakan hari dimana kami pertama
kali mendaki gunung, entah siapa yang memunculkan ide ini di lapangan futsal. Sampai saat
ini masih menjadi pertanyaan, karena kami semua memang lupa. Pendakian yang
berkesan, karena kami beberapa kali tersesat meskipun akhirnya berhasil
mencapai titik tertinggi. Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan, ternyata mendaki
tak sesederhana itu. Naik gunung sampai puncak lalu turun. Ada hal lain yang dirasakan, tapi tak terdifinisikan. Hingga pada akhirnya kami mulai menjelajah ke gunung-gunung yang lain. Petualangan berlanjut ke gunung
lawu, gunung merbabu, gunung merapi, gunung sindoro, dan gunung sumbing. Susah senang
sudah kami lalui seperti tersesat, kompor macet, badai, dan berbagai kejadian
lain. Tapi kami masih terus belajar dari pengalaman agar kejadian-kejadian
buruk tidak terulang kembali. Tak jarang, bertanya maupun berbagi cerita dengan
teman yang lebih berpengalaman untuk menambah wawasan berkegiatan di alam bebas.
Keberadaan internet juga semakin memudahkan dalam menggali beberapa informasi.
[Gn. Lawu] kiri-kanan: aku, affan, ginanjar, eric, narno, aria, huda |
Sudah setahun kami menanti, jalur pendakian gunung
slamet belum juga dibuka karena statusnya masih belum aman. Berita duka datang
dari desa kopeng kecamatan getasan kabupaten semarang. Kami kehilangan seorang
kawan yang lahir di kaki gunung merbabu, sosok pria yang tangguh, periang, baik
hati, dan sedikit konyol. Ia pergi untuk selama-lamanya. Tutur Adi Suwito, Ia
punya nama. Kawan-kawan yang melintasi jalur kopeng-magelang pasti menyempatkan diri untuk mampir ke
rumahnya. Suguhan susu hangat hasil dari ternak sendiri di samping rumah dan beberapa
makanan lokal yang khas tak pernah absen di meja makan. Bahkan, ada seorang
kawan yang blak-blakaan “ndes, ning omah ra? Aku arep mampir, njaluk mangan”
hahaha uyeee tawa yang khas dari almarhum. Singkat sekali rupanya kawan, hanya 7
tahun kita ngopi-ngopi bersama. Merapi menjadi saksi pendakian terakhir kita. Semoga
engkau diberi tempat terbaik di sisi Tuhan YME.
Alm. Tutur (kanan), Putra Kaki Merbabu
|
[Gn. Merapi] kiri-kanan: narno, ginanjar, aria, huda, dedy, ocan, affan, rifky, tutur, aku |
Beberapa dari mereka kini telah memiliki kesibukan
masing-masing, hanya menyisakan aku di kampus peternakan yang masih berjuang
mengakhiri studi di semester empat belas. Ini bukan perkara dosen pembimbing yang
sulit atau masalah lain, ini murni jalan yang telah aku pilih. Justru aku
berterimakasih mendapat dosen pembimbing skripsi yang sangat sabar dan mengerti
hobiku. Aku masih terus mewujudkan impianku meninggalkan jejak di beberapa pulau yang tersebar di kawasan
nusantara.
Pendakian Gunung Slamet 24 – 27 Maret 2016
Jalur pendakian gunung slamet telah dibuka
kembali, saatnya mewujudkan cita-cita 2 tahun yang lalu. 25-27 Maret 2016 adalah
tanggal yang sudah kami sepakati, segera saja satu bulan sebelumnya aku
mengirim pesan kepada seluruh pasukan sambil berharap semuanya bisa unjuk gigi.
Mendekati hari H, tidak sesuai harapan. Huda tak bisa ambil cuti, Ocan mendadak
ada tambahan jam kerja, Narno sibuk urus kandang dombanya, Affan sedang
menggeluti pekerjaan barunya, dan Ginanjar sedang mempersiapkan ujian S2
gelombang pertama. Berhubung dia tidak jadi ikut, otomatis titik kumpul juga
berubah dari Purwokerto bergeser ke Pemalang. Hanya Aria dan Afif yang bisa
ikut dalam pendakian.
24 Maret 2016
Persiapan sudah lengkap, jam 10.00 aku berangkat
menuju stasiun semarang poncol. Pagi tadi tiket aku cek tiket masih tersedia
banyak, namun begitu sampai stasiun ternyata KA Kamandaka dan KA Kaligung sudah habis. Segera saja beralih ke bus patas. Aku menghubungi pool bus
nusantara siliwangi ternyata tiket masih tersedia, namun keberangkatan jam 3
sore. Drama kembali berlanjut ketika Afif memberi kabar bahwa Ia ketinggalan
pesawat akibat dari pelayanan sebuah maskapai yang kurang baik. Tidak perlu
panik, buat beberapa rencana baru dan pendakian masih memungkinkan untuk
dilanjutkan. Rencana esok hari berangkat menuju basecamp bambangan kabupaten
purbalingga pupus. Esok hari Afif baru berangkat dari palembang menuju jakarta
dengan jalur udara kemudian di lanjutkan jalur darat ke pemalang. Aria pun
turut ikut berangkat esok hari dari semarang. Malam ini aku bermalam dirumah
kakakku yang kebetulan dinas beberapa tahun di pemalang.
Rincian biaya:
Bus patas Semarang – Pemalang: 50.000
25 Maret 2016
Pukul 13.00 Aria sudah sampai di terminal
pemalang, sedangkan Afif masih dalam perjalanan. Barang kami drop di rumah
kakakku, lalu mulai menjelajah pasar umum pemalang untuk belanja kebutuhan
logistik selama pendakian. Jalur pendakian gunung slamet hanya memiliki sumber
air di pos 5, itu pun hanya tersedia saat musim hujan saja. Berarti kami harus
membeli logistik yang cara pengolahannya tidak membutuhkan banyak air sehingga
selama pendakian kami tidak perlu membawa air terlalu banyak, efisien. Kami memilih
kentang dan jagung sebagai sumber karbohidrat. Jagung mudah direbus dan cepat
masak, air sisa rebusan masih bisa digunakan untuk merebus kentang. Lalu belanja
beberapa butir telur, sayur, sosis, kornet, buah-buahan, dll.
Sembari menunggu kedatangan Afif, kami menyaksikan
pertandingan sepakbola antar SMA di stadion. Tiba-tiba muncul ide untuk motoran
ke basecamp. Afif segera dihubungi ternyata motor kakaknya bisa dipakai. Lalu kami
meminjam satu motor lagi, untung motor kang seno bisa dipakai. Ia adalah senior
selama di bangku kuliah yang berdomisili di kawasan comal. Kebetulan sekali
ayah kang seno ini sewaktu muda juga pernah mendaki gunung slamet. Kami disarankan
untuk mengambil jalur pemalang – randudongkal – moga – pulosari – pasar pratin –
basecamp bambangan.
26 Maret 2016
Jam 09.00 kami sampai di basecamp bambangan,
setelah selesai mengurus registrasi pendakian lantas kami menuju warung makan
untuk mengisi bahan bakar. Tidak lupa untuk membungkus nasi ayam guna makan
siang di tengah perjalanan nanti. Pukul 10.30 kami memulai pendakian, tak lupa
diawali dengan berdoa agar selama pendakian berjalan lancar, aman, dan selamat
kembali ke rumah masing-masing. Perjalanan menuju pos 1 diawali dengan
melintasi pinggiran ladang, kemudian memasuki hutan yang tak terlalu rapat. sampai
pos 1 kami terus melanjutkan perjalanan karena sangat ramai, maklum long
weekend ditambah ada pendakian massal. Disini ada 6 warung yang menjual makanan
maupun cemilan. Jalan masih terus menanjak, perjalanan dari basecamp – pos 1 –
pos 2 memang jaraknya lebih panjang dibandingkan jarak antar pos 3 dan
seterusnya. Target kami akan mendirikan tenda di pos 5 atau pos 7. Setelah melewati
pos 2 kami istirahat sejenak menunaikan ibadah sholat dzuhur sembari
nyemil-nyemil logistik untuk mengganti energi yang hilang.
Sebelum pos 3 ada percabangan jalur pendakian
pemalang dan purbalingga, tetaplah fokus. Setelah sampai di pos 4, kami
memutuskan untuk makan siang nasi bungkus yang sengaja kami bawa dari warung
sekitar basecamp. Dalam perjalanan tadi kami sempat was-was melihat tenda yang
banyak dikerumuni lalat. Pikiran kami sudah sampai kemana-mana, setelah di cek
ternyata hanya berisi tas keril. Mungkin penghuninya sedang summit attack.
Perjalanan kembali dilanjutkan, tepat pukul 17.00 sampailah kami di pos 5. Lokasi campground sudah penuh. Kami berhenti sebentar
disini untuk mengisi 3 botol air ukuran 1,5 liter di sungai yang debet airnya
tak terlalu banyak dan kami masih punya cadangan 2 botol di dalam keril. Sampai
di pos 6 ada beberapa petak yang masih memungkinkan untuk didirikan tenda. Namun
sayang, sudah ada kertas bertuliskan bahwa tempat ini sudah di pesan oleh salah
satu komunitas pecinta alam. Padahal sama-sama bayar registrasi tapi kok
modelnya begini ya. Daripada nanti ribut di gunung, mending yang waras ngalah. Perjalanan
kami lanjutkan, nah diantara pos 6 dan pos 7 masih ada satu petak tanah datar
yang ukurannya pas dengan tenda kami. dan kabarnya di pos 7 sudah penuh. Kami
segera pasang tenda karena sebentar lagi gelap malam menyapa.
Sumber air pos 5 |
Tenda sudah berdiri kokoh, saatnya mengeluarkan
peralatan memasak. Jagung rebus, kentang rebus, orak-arik telur kornet, serta
kripik kentang menjadi santapan malam itu. Ambil satu lembar kripik kentang,
lalu kasih orak-arik telur kornet, tumpuk lagi dengan kentang rebus, trus
tambah lembaran keju, buka mulut lebar-lebar santap sudah. Menu otodidak yang
mucul tiba-tiba semakin nikmat beradu dengan kopi hitam arabika yang tak
terlalu manis.
Rincian biaya:
Retribusi daerah: 10.000
Motor: 5.000
Registrasi pendakian: 5.000
Pukul 4 dinihari suasana menjadi ramai, beberapa
kelompok pendaki sudah summit attack. Kami masih asik menyiapkan sarapan pagi
agar bahan bakar kembali penuh. Jam 6 pagi kami baru memulai summit attack
dengan membawa logistik serta air secukupnya. 30 menit kami telah sampai di
plawangan (pos 9) yang menjadi batas vegetasi. Medan berganti batuan serta
kerikil-kerikil raksasa yang mudah rapuh ketika diinjak. Kami harus tetap fokus
dan konsentrasi agar batu yang kami injak tidak sampai merosot ke bawah karena
dibelakang masih banyak pendaki yang menuju ke puncak. Setelah 60 menit, kami
berhasil mencapai atapnya jawa tengah, 3428 mdpl. Gembira rasanya, kami sudah
menanti selama 2 tahun. Huda, Narno, Affan, Ocan, Ginanjar, pendakian kami
berjalan lancar.
Tidak berlama-lama kami di puncak karena target
kami sore ini sudah sampai kembali ke basecamp. Ketika hendak berkemas, hujan
mulai turun. Tak berkutik, kami hanya sanggup santai-santai di dalam tenda. Jam
13.00 hujan mulai reda, kami segera berkemas. Tak ada satupun sampah yang
tertinggal, kami mulai turun gunung yang selalu diawali dengan doa. 1,5
berjalan cepat (alias lari pelan hehehehe maklum jalanan macet) kami sudah
sampai di pos 1. Istirahat sejenak meluruskan otot-otot kaki yang tegang
sembari ngobrol-ngobrol dengan warga bambangan yang membuka lapak makanan. Jam sudah
menunjukan pukul 17.00, kami kembali melanjutkan perjalanan ke basecamp. Alhamdulillah
pendakian berjalan lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar